Mempelajari Sejarah Perjuangan Para Pahlawan Kemerdekaan serta menghargai jasa Para Pahlawan

 VLOG PENDIDIKAN PANCASILA RADEN AJENG KARTINI


Assalamualaikum Wr. Wb. 

Hallooo semuanya perkenalkan nama saya Daffa Shafaa Nabiilah dari kelas 1PA42 dengan NPM (10521375) prodi Psikologi, Tugas ini di buat untuk memenuhi nilai akhir sebelum UAS mata kuliah Pendidikan Pancasila dengan dosen Ibu Pipit Fitriyah. 

Video atau Blog ini bertemakan “Mempelajari Sejarah Perjuangan para Pahlawan Kemerdekaan serta menghargai jasa Para Pahlawan” Dengan topik utama yang di bahas adalah sebagai berikut :

1. Sejarah singkat Monas dan Museum Sejarah Nasional

2. Perjuangan R.Kartini

3. Kebangkitan Nasional  

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. Monas 

    Monumen Nasional atau yang disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monas didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. 

    Monas dibangun bertujuan sebagai simbol kebanggaan nasional dan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945. Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno. Pada tanggal 17 Agustus 1961 Pembangunan Monas dimulai di bawah perintah presiden Soekarno dan diresmikan sehingga dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala dari rakyat Indonesia. 

    Keistimewaan bangunan Monas adalah pada bentuk tugunya yang unik. Sebuah batu obeliks yang terbuat dari marmer yang berbentuk lingga-yoni setinggi 137 meter. Di puncak Monas terdapat cawan yang menopang nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas seberat 35 kg.

Di dalam Monas juga memiliki 3 bagian utama, yaitu:

A. Museum Sejarah Nasional 

Museum Sejarah Nasional Indonesia di kaki monumen. 

     Pada kesempatan kali ini saya akan menjelaskan lebih dalam tentang Museum Sejarah Nasional saja..

 Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang. Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat 48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia; mulai masa pra sejarah, masa kemaharajaan kuno seperti Sriwijaya dan Majapahit, disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Diorama berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20, pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi hingga masa Orde Baru pada masa pemerintahan Soeharto.

B. Ruang Kemerdekaan.

Ruang ini terdapat di bagian dalam cawan monument yang berbentuk amphitheater yang
mana banyak benda di sana berlapis emas. Salah satunya adalah naskah asli Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.

C. Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan.
Pelataran puncak berada berada diketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Di sana juga
terdapat teropong untuk para pengunjung agar bisa melihat keindahan kota Jakarta.

 2. Perjuangan Kartini

    Raden Adjeng Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879. Kartini adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan Nusantara. Ia adalah seorang aktivis Indonesia terkemuka yang mengadvokasi hak-hak perempuan dan pendidikan perempuan. Ia dilahirkan dalam keluarga bangsawan Jawa di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Setelah bersekolah di sekolah dasar berbahasa Belanda, ia ingin melanjutkan pendidikan lebih lanjut, tetapi perempuan Jawa saat itu dilarang mengenyam pendidikan tinggi. Ia bertemu dengan berbagai pejabat dan orang berpengaruh, termasuk J.H. Abendanon, yang bertugas melaksanakan Kebijakan Etis Belanda.

    Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat lahir dalam keluarga bangsawan. Karena hal tersebut, ia beruntung bisa mengenyam pendidikan di ELS (Europese Lagere School, setara SD) hingga usia 12 tahun. Kartini rajin dan semangat bersekolah hingga ia mampu baca tulis, berhitung, bisa bahasa Belanda, dan mempelajari banyak hal lain. Sayang, masa sekolahnya harus terhenti karena ia harus tinggal di rumah untuk dipingit dan siap dinikahkan. Adat kala itu mengharuskan wanita menunggu laki-laki yang kelak datang untuk melamarnya. 

    Tetapi Kartini tetap patuh mengikuti putusan orang tua, Kartini tidak patah semangat dan terus belajar selama masa pingitnya. Ia belajar hal baru dengan membaca buku, membaca surat kabar Eropa, mengasah kemampuan berbahasa Belanda. Buah pikiran Kartini untuk membebaskan kaumnya dari keterbelakangan tercemin dalam surat-surat yang dikirim kepada sahabat-sahabat karibnya di negeri Belanda yang kemudian dihimpun dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang.

    Dari situlah ia sadar bahwa masyarakat Indonesia khususnya wanita, sangat tertinggal dalam berbagai aspek. Ia melihat wanita pribumi yang dipandang sebelah mata, sangat berbeda dengan wanita Eropa yang sudah lebih maju dan memiliki pemikiran terbuka. Kartini bertekad bulat untuk bisa meningkatkan derajat dan menyetarakan hak serta status wanita Indonesia, sama dengan pria.

  "Jangan biarkan kegelapan kembali datang jangan biarkan kaum wanita kembali            diperlakukan semena-mena." -R.A. Kartini

^Hal baik yang bisa di ambil dari R.A Kartini terdapat di kalimat Habis Gelap Terbitlah Terang yang mengungkapkan bahwa setiap manusia akan mengalami masa-masa sulit, tetapi juga akan merasakan masa-masa membahagiakan. Kalimat tersebut mengingatkan bahwa tidak perlu sedih dalam keadaan apapun yang kita alami, karena badai pasti berlalu. R.A Kartini juga memiliki sifat teladan yang mesti kita miliki yaitu :

1. Semangat yang Tinggi

    Banyak yang berkata, "tugas perempuan hanyalah di dapur," hal itu tak sepenuhnya benar. Sejak kecil, RA Kartini merasa bahwa perempuan Indonesia memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Sayangnya, cita-cita RA Kartini untuk bersekolah harus ditunda karena pada saat itu usianya sudah layak untuk dipingit. Beliau hanya diperbolehkan sekolah di Europese Lagere School (ELS) sampai usia 12 tahun. Setelah itu, Kartini harus menikah dan berdiam di rumah.

Namun, kondisi ini tidak menghalanginya untuk mencari ilmu. Berkat ELS, Kartini bisa memahami bahasa Belanda. Ia pun banyak membaca dari buku, majalah, dan koran Eropa. Kartini tertarik dengan kemajuan berpikir wanita Eropa. Membaca dan menulis adalah  jalan yang ia tempuh untuk mengusir rasa sedih di masa-masa pingitan.

2. Supel

    Ayah RA Kartini adalah Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang bupati di Jepara. Bisa dibilang, Kartini merupakan keturunan bangsawan. Akan tetapi, hal ini tidak membuatnya merasa sombong atau membeda-bedakan status sosial. Kartini berteman baik dengan siapapun; orang Eropa, masyarakat pribumi, Letsy Delmar, hingga isteri asisten Jepara Nyonya Marie Ovink Soer. 

3. Menghormati Orang Tua dan Mengesampingkan Ego

    Ada gejolak di dalam hati RA Kartini saat harus menjalani pingitan. Namun, berbekal rasa hormat terhadap keluarga dan tradisi, beliau tetap mengikuti aturan tersebut. Ujian paling berat yaitu ketika sang ibu, Ngasirah, menolak mentah-mentah pemikiran Kartini untuk mengubah nasib perempuan. Hubungan antar ibu dan anak itu pun sempat renggang.

Meskipun timbul rasa kecewa, perlahan RA Kartini kembali memperbaiki hubungan dengan sang ibu. Sejak adiknya, RM Sawito, lahir pada tahun 1892, Kartini melihat pengorbanan ibunya dalam merawat Sawito sepanjang hari. Ia menganggap kasih sayang seorang ibu takkan pernah bisa dibalas oleh apapun.

4. Berani Bermimpi

    Cita-cita Kartini dalam mendobrak stigma perempuan sangatlah besar. Banyak rintangan yang ia temui dari orangtua maupun lingkungan di sekitarnya. Beruntung, sang adik, Roekmini dan Kardinah, selalu mendukung gagasan yang dibuat oleh Kartini. Mereka bertiga melakukan kunjungan ke desa-desa untuk mendengarkan harapan dan masalah yang dialami oleh masyarakat. 

3.  Kebangkitan Nasional 

        


    Pada tanggal 20 Mei selalu diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional atau yang disebut juga dengan Harkitnas. Kebangkitan Nasional adalah sebuah momen di mana bangsa Indonesia pada tahun 1908 mulai membangkitkan semangat perjuangan untuk meraih kemerdekaan. Politik kolonial Belanda tidak menghendaki rakyat Indonesia menjadi itu cerdas arena hal itu akan mcmbahayakan kedudukan Belanda. Akhimya pendidikan modern terpaksa diberikan untuk memenuhi kebutuhan tenaga terdidik dan untuk meningkatkan masyarakat Indonesia sebagai pasar bagi industri Belanda. Kebangkitan kaum terpelajar Indonesia menimbulkan kesadaran nasional untuk merdeka. Cita-cita dr. Wahidin untuk menghimpun tokoh-tokoh pergerakan nasional yang diwujudkan oleh dr. Sutomo dan kawan kawan dengan membentuk Boedi Oetomo.

    20 Mei 1908 berdiri sebuah organisasi yang menjadi pelopor pergerakan nasional anak bangsa, yakni Boedi Oetomo. Boedi Oetomo merupakan organisasi pelajar yang bergerak di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan yang bersifat nonpolitik. Beberapa tokoh cendekiawan dan aktivis intelektual menjadi pemrakarsa organisasi ini. Sebut saja dr. Cipto Mangunkusumo, Gunawan, Suraji, dan R.T. Ario Tirtokusumo, dan juga beberapa mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen). 

    Selain berperan sebagai institusi pembelajaran bagi remaja-remaja pribumi, STOVIA sendiri menjadi wadah untuk mereka dalam menumbuhkan semangat nasionalisme. Di sana mereka bisa bertukar ide dan pemikiran untuk memajukan masyarakat pribumi. Di masa sekarang, semangat Hari Kebangkitan Nasional tentunya masih tetap relevan dengan kondisi bangsa saat ini. 

    Tak lupa juga di momen Hari Kebangkitan Nasional ini kita menundukkan kepala sejenak untuk mengenang jasa perjuangan para tokoh bangsa di masa lampau dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Tanpa mereka saat ini kita tidak akan merasakan manisnya kebebasan dan kemerdekaan.

    Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya”, kata Bung Karno pada Hari Pahlawan, 10 November 1961. Menghormati jasa pahlawan merupakan salah satu bentuk Cinta Tanah Air dan juga merupakan implementasi dari Pancasila ke-3. Tentu kita harus berterima kasih pada para pahlawan yang sudah rela berkorban, karena Mereka sekarang kita dapat menikmati suasana merdeka, dapat belajar dan bekerja dalam suasana kebebasan.  

  Berikut adalah beberapa cara kita untuk menghargai jasa para Pahlawan :   

 
1. Belajar dengan tekun agar perjuangan para pahlawan kita tidak sia-sia dan kita bisa mencapai masa        depan yang cerah.

2. Saling menghormati dan menghargai satu sama lain; menghormati pahlawan bukan hanya dengan            mengheningkan cipta untuk mereka saat upacara bendera, tapi juga menghidupi semangat cinta Tanah     Air dan kebhinnekaan yang telah mereka perjuangkan.

3.Tidak melupakan mereka; jangan karena para pahlawan tidak lagi berjuang, kita melupakan mereka.       Sebagai rasa cinta dan penghargaan kita kepada mereka, teruskanlah kisah tentang perjuangan mereka    kepada setiap orang yang kita temui.

---------------------------------------------

Nah, segitu dulu penjelasan yang bisa dapat saya sampaikan, kurang lebih nya bila ada kata-kata yang kurang berkenan mohon di maafkan. Terima kasih dan Sampai Jumpai kembaliiiii👋👋👋


Wassalamualaikum Wr.Wb

Berikut adalah link video youtube : https://youtu.be/gzYLZElLR5U

 

 

Komentar